Selasa, 31 Desember 2013

Essai " Kemiskinan Yang Menjerat Negaraku "

KEMISKINAN YANG MENJERAT NEGARA KU

            Perkawinan dini, Putus sekolah, Pengangguran, Pencurian, Bunuh diri. Menurut anda berbagai kasus yang saya sebutkan tadi semua berhubungan dengan apa? Benar sekali kimiskinan. Siapa yang tak tau kasus ini? Hampir seluruh orang mengetahuinya. Kemiskinan adalah suatu perkara dimana seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dan membiayai hidupnya sendiri atau pun hidup keluarganya. Perkara yang satu ini sangat terkenal dipenjuru dunia terutama pada Negara berkembang termasuk Indonesia. Indonesia terkenal dibeberapa Negara sebagai Negara yang penduduknya mayoritas tidak mampu.

            Mengapa Indonesia bisa terkenal sebagai Negara yang mayoritas penduduknya tidak mampu? Padahal Negara ini memiliki segala hal, apa yang tidak kita punya? Emas, Perak, Berlian, Bahan bakar batu bara, Minyak bumi, Tembaga, Nikel dan sebagainya kita telah mempunyai segalanya. Apakah ada alasan Negara kita digolongkan Negara berkembang yang mayoritas penduduknya tidak mampu?  Saya sangat tidak setuju, namun pada kenyataanya sampai sekarang kasus kemiskinan yang menjerat Negara ini tak kunjung berkahir, ini mustahil segala sumber daya alam kita telah mutlak mempunyainya secara hukum tapi mengapa perkara kemiskinan ini tak kunjung berakhir.

            Ada beberapa penyebab kemiskinan antara lain, perkawinan dini, anak-anak yang putus sekolah, Sumber daya yang dikelola pihak asing. Kita akan urai semuanya dimulai dari perkawinan dini, adat istiadat yang masih berlangsung tentang mengawinkan anak-anak mereka pada usia dini agar mendapatkan keturunan dengan cepat salah satu hal yang menyimpang. Mereka yang selayaknya masih bisa menikmati masa bermain dengan teman sebayanya harus mengurus anak pada usia belia. Saya mempunyai fakta di daerah transmigrasi, dari tempat tinggal saya dapat ditempuh sekitar 2 jam.

Disana saya mendapat berbagai cerita tentang perkawinan dini, rata-rata usia mereka untuk kawin sekitar 12 tahun- 15 tahun. Mencengangkan bukan? Anak yang ibaratnya baru melewati masa peralihan yaitu remaja tidak bisa meraih masa depannya lebih baik lagi tetapi sudah harus mengurus berbagai keperluan rumah tangga dan anak-anak mereka. Menyedihkan, saya yang mendengar sampai melihat dengan mata kepala saya sendiri ikut bersedih. Umur semuda itu sudah harus menelan perihnya hidup berumah tangga tanpa pengalaman sedikitpun, sangat ironi.

            Kedua anak-anak yang putus sekolah, kita tahu bersama Pemerintah telah menetapkan peraturan wajib belajar kurang lebih 9 tahun lamanya dengan jenjang pendidikan yang berbeda seperti SD, SMP atau sederajad, SMA atau sederajad. Dan apabila perlu melanjutkan kejenjang lebih tinggi yaitu Universitas. Namun faktanya masih banyak anak-anak yang menelan pahitnya hidup, mereka tetap saja tidak bisa merasakan duduk diatas kursi sekolah. Menyedihkan, menurut anda semua mengapa mereka tidak bisa duduk dibangku sekolah untuk menuntut ilmu? Salah satu penyebabnya adalah orang tua, ada beberapa fakta yang saya temui yaitu didaerah pedesaan anak-anak perempuan yang telah melalui masa peralihan atau keremajaan kebanyakan dari mereka akan dikawin paksakan oleh orang tua mereka dengan tujuan agar memperbaiki ekonomi keluarga.

Yang lebih menyedihkannya lagi bukan ekonomi keluarga perempuan yang meningkat, malah sebaliknya ekonomi dia sendiri malah lebih parah dari orang tuanya. Karna pada dasarnya mereka yang selayaknya harus belajar disekolah tetapi disuruh untuk mencari nafkah dan keperluaan rumah tangga, mana mungkin mereka bisa lakukan semua itu. Pengalaman yang minim dan keterbatasan pengetahuan yang membuat mereka tidak bisa mengambil pekerjaan bagus, paling bagus pekerjaan mereka sebagai buruh atau petani di desa.

            Dan yang terakhir adalah sumber daya yang dikelola pihak asing, disini mari kita lihat fakta yang ada disekitar kita. Dari daerah saya sendiri ada sebuah pertambangan batu bara yang sangat besar, yang membuat saya benci terhadap perusahaan tersebut mengapa eksekutif-eksekutif mereka kebanyakan adalah orang asing. Gaji yang besar setiap tahunnya dikeluarkan untuk membayar mereka, sedangkan orang pribumi hanya menjadi karyawan lapangan yang mengangkat sekaligus menggali batu bara tersebut dengan gaji setengah dari gaji orang asing itu. Dari tahun ketahun orang asing makin banyak memiliki saham terbesar di perusahaan tersebut, sangat disayangkan sumber daya alam yang sebesar ini harus dijual kepada orang asing.

Bukankah seharusnya ini adalah perbekalan untuk hajat orang banyak yang berada di Negara ini bukan untuk hajat orang asing? Negara ini saja sekarang sedang kesandung berbagai problem masalah ekonomi yang tak kunjung-kunjung berakhir namun dilain sisi orang asing sedang asik mengeruk apa yang ada di bumi pertiwi ini tanpa ampun. Nilai jual yang tinggi mendorong berbagai Negara ingin mengeruk habis sumber daya alam yang ada di Indonesia ini. Mengapa Indonesia tidak bisa mengelola potensi besar yang dimilikinya? Benar sekali keterbatasan pengetahuan dan Sumber Daya Manusia yang kualitasnya masih saja rendah membuat bumi ini kian dijajah oleh orang asing. Harus kah Negara ini di jajah untuk kesekian kalinya melalui potensi sumber daya yang ada di bumi pertiwi ini?

Dari sekian penyebab terjadinya kemiskinan di Indonesia ini, ada dampak yang lebih serius ditimbulkannya seperti, ekonomi masyarakat makin sulit, makin kecilnya pembekalan keterampilan masyarakat, kesehatan yang makin menyedihkan, pengangguran, kriminalitas makin tinggi. Semua hal yang saya sebutkan tadi tidak akan habis apabila kita yang mampu menanggulanginya hanya duduk diam sambil menutup mata saja. Jangan hanya berpangku tangan dengan Pemerintah saja, mereka juga manusia bukan Tuhan yang bisa menyelesaikan berbagai masalah. Karna itu kerjasama antar masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan untuk membantu sesama manusia itu merupakan hal bijak yang dapat kita lakukan. Yang mampu membantu yang tidak mampu. Insyaallah kita dapat melepaskan Negeri ini dari penyakit kemiskinan yang ada.
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar